24 tahun lalu, 10
Agustus 1995, sebuah pesawat N-250, buatan anak bangsa terbang perdana di
Bandara Husein Sastranegara, Bandung, disaksikan oleh Presiden Republik
Indonesia ketika itu Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto dan didampingi Wakil
Presiden B. J. Habibie, pesawat berhasil terbang tinggi di cakrawala selama 55 menit, peristiwa
sejarah itu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
(HAKTEKNAS). Pesawat N-250 adalah pesawat penumpang sipil (airlines) regional
komuter turboprop rancangan asli IPTN (sekarang PT Dirgantara, PT DI,
Indonesian Aerospace), menggunakan kode N yang berarti Nusantara, pesawat ini
mampu menampung 50 hingga 70 penumpang serta memiliki daya jelajah 1.480 Km.
Dalam rangka
memperingati Hari Kebangkitan Teknologi
Nasional (HAKTEKNAS) ke 24 Kementerian Riset , Teknologi dan Pendidikan
Tinggi mengadakan pameran berbagai hasil riset dan inovasi di bidang teknologi,
yang di beri nama RITECH EXPO. Pameran ini menyajikan berbagai produk inovasi
unggulan dari perguruan tinggi, lembaga riset, industri, hingga para inovator
yang keseluruhannya merupakan karya anak bangsa, pameran RITECH EXPO tahun ini
diadakan di Lapangan Bajra Sandhi Renon, 25-28 Agustus 2019, dengan mengusung
tema besar yaitu “IPTEK dan Inovasi dalam Industri Kreatif di Era Revolusi
Industri 4.0.
Dengan
dilaksanakanya pameran RITECH EXPO tahun ini diharapkan mampu memperkenalkan hasil inovasi anak
bangsa, disamping itu pula diadakan pembinaan, agar kasus penahanan seperti
yang pernah dialami Teungku Munirwan tidak terulang lagi. Teungku Munirwan
adalah seorang Keuchik atau Kepala Desa Meunasah Rayeuk Nisam, Kabupaten Aceh Utara.
Ditahan karena menjual bibit unggul padi jenis IF8 yang belum disertifikasi.
Munirwan berhasil mengembangkan padi jenis IF8 dan mendapat penghargaan
nasional juara II inovasi desa yang diserahkan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Eko Putro Sanjojo.
Dengan mengusung
tema IPTEK dan Inovasi dalam Industri Kreatif
Era Revolusi Industri 4.0, siapkah kita mengahadapi Revolusi Industri 4.0?
Sebenarnya apa itu Revolusi Industri 4.0? Secara singkat pengertian dari Revolusi
Industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi
otomatisasi dengan teknologi cyber.
Pada Revolusi
Industri 4.0 teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan
pertukaran data. Hal tersebut mencakup system cyber, awan dan komputasi
kognitif. Tren ini telah mengubah banyak
bidang kehidupan manusia termasuk ekonomi, dunia kerja, bahkan gaya
hidup manusia itu sendiri. Singkatnya Revolusi Industri 4.0 menanamkan
teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia.
Di era Revolusi Industri
4.0, teknologi internet yang semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan
manusia di seluruh dunia. Tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi
perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi
online seperti Gojek, Uber dan Grab maupun online shop seperti Tokopedia,
Bukalapak, Lazada, dan sebagainya menunjukkan integrasi aktivitas manusia
dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat.
Disamping
menyediakan peluang, Revolusi Industri 4.0 juga menyediakan tantangan bagi
generasi milenial. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memicu pengangguran.
Menurut Prof. Dwikorita Karnawati (2017) Revolusi Indstri 4.0 dalam lima tahun
mendatang, akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan dan bahkan pada 10 tahun
mendatang jenis pekerjaan yang hilang bertambah menjadi 75 pesen. Hal ini
disebakan pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap
digantikan dengan teknologi digitalisasi program. Menurut Survey Mckinsey,
sebuah korporasi konsultan manajemen multinasional, di Indonesia sebanyak 52,6
juta lapangan pekerjaan berpotensi digantikan dengan system digital.
Siapkah kita
menghadapi Revolusi Industri 4.0? sebagian warga negara Indonesia belum siap
menghadapi Revolusi Industri 4.0. di Bali contohnya beberapa kali telah terjadi
demo besar-besaran dari supir taksi konvensional, mereka menolak kehadiran
taksi berbasis online seperti Gojek, Uber maupun Grab. Mereka merasa dirugikan
dengan kehadiran taksi online, karena taksi online mengenakan tarif murah pada
penumpang, bahkan dikatakan taksi online tidak memahami budaya Bali, misalnya
membedakan tarif antara penumpang lokal dan asing. Siapkah kita menghadapi
revolusi industri 4.0?.
1 comment:
Sayang, gaung pesawat N-250 kini sudah redup ya mas, tidak seperti beberapa tahun silam.
Posting Komentar