cinta monyetku operator warnet

“ 5000” kata gadis itu sambil memandangiku. dia terus memandangiku tersenyum, sejak kedatanganku 2 jam lalu. Sebelumnya dia tidak pernah memandangiku seperti itu, sejak pertama kali aku datang ke warnet ini.

Aku mengeluarkan uang 5000

“ terima kasih “ dia mengambil uangku dan menyunggingkan senyumnya lagi.

Aku mengambil motorku yang terparkir di sekitar warnet. Di perjalanan pulang aku masih memikirkan gadis penjaga warnet itu. Susah aku menghapus gambarnya dari benakku. Kutepikan motorku, kembali ke warnet. Tiba di warnet, aku menghampiri gadis penjaga warnet itu.

Dia masih menyunggingkan senyumnya saat melihatku kembali. Dan menyapaku “ aku Ayu, masih ingat ? kita sekelas dulu waktu SD “

“ kamu Ayu yang nolak cintaku waktu kita kelas 5 SD dulu ? “ aku mengingat kembali kenangan di mana aku menyatakan cintaku padanya.

Waktu itu aku baru menginjakkan kaki di kelas 5 B SD Kasih Bunda. Dan Bu Guru memberikan aku tempat duduk di samping Ayu. Waktu pertama kali melihatnya, dia menunjukkan sikap dewasa yang berbeda dari teman – teman yang lain. Dan aku melewati hari hariku yang menyenangkan di SD Kasih Bunda. Hingga aku mulai menyukai Ayu.

Aku menggunakan momen hari kasih sayang untuk menyatakan cintaku. kubeli boneka untuknya. Sehari sebelum aku menyatakan cintaku, Bu Guru menyarankan kami untuk membawa kado di hari kasih sayang. Aku meloncat kegirangan dalam hati. Baru pertama kali ini aku merayakan hari kasih sayang di sekolah.

Keesokan harinya aku membawa boneka yang sudah terbungkus dengan rapi yang kusembunyikan dalam tas.

Bu Guru mengajak kami sekelas untuk bergabung di halaman sekolah. “ kalian semua sudah membawa kado ? “ kami menyahut berbarengan mengiyakan. “nah, kado itu kalian tukar pada teman- teman yang kalian sayangi. Ingat, ditukar hanya sekali, tidak boleh di pindahkan kepada teman yang lain. Mengerti ? “ kami menyahut mengiyakan. “ nah, kalian pikirkan dulu, kado kalian akan diberikan pada siapa, tidak boleh diberikan pada Ibu, sudah ? “ dan kami menyahut mengiyakan “ Ibu hitung mundur mulai dari tiga…..”

Aku melirik ke arah Ayu, nafasku memburu.

“ dua ….”

Aku mendekatinya, siap memberikan kadoku untuknya.
“ satu…”

Bersambung…..